Monday, October 29, 2018

Sebut sistem keliru, Prabowo pesimis Indonesia jadi negara maju

Sebut sistem keliru, Prabowo pesimis Indonesia jadi negara maju

Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengunjungi Ponpes As-Shodiqiyah, Sawah Besar, Kaligawe, Semarang, Senin (29/10). Prabowo menggelar pertemuan tertutup dengan pengurus pondok pesantren.

Prabowo menuturkan, keinginannya kembali maju dalam pertarungan Pemilihan Presiden dilatarbelakangi karena sistem yang berjalan saat ini gagal mensejahterakan rakyat.

"Jadi intinya yang mengakibatkan Bangsa Indonesia gagal karena satu sistem kekayaan kita mengalir ke luar sehingga tidak bisa dinikmati (rakyat)," kata Prabowo.

Prabowo tidak menjelaskan secara detail sistem yang disebutnya keliru. "Sistem keliru dan salah, bukan sistem yang dibangun oleh pendiri bangsa," ucapnya.

Mantan Danjen Kopassus ini tidak yakin Indonesia bisa menjadi negara maju jika sistem yang berjalan saat ini tetap dibiarkan.

"Saya berani katakan itu, sudah katakan itu berkali-kali. Tidak mungkin Indonesia bisa kuat dan sejahtera," kata Prabowo.

Saturday, October 27, 2018

Jika menang, Sandiaga akan lanjutkan program Jokowi yang pro rakyat

Jika menang, Sandiaga akan lanjutkan program Jokowi yang pro rakyat

Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno berjanji akan melanjutkan program-program yang diinisiasi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Contohnya, pembagian sertifikat tanah.

"Ada beberapa program memang yang bagus seperti program sertifikasi tanah. Ya kalau yang bagus saya terusin," katanya di Jakarta Selatan, Sabtu (27/10).

Peryataan Sandiaga tersebut berawal dari sesi tanya jawab pada acara talkshow bertajuk Startup Bisnis Untuk Kaum Milenial yang digelar di Kinanti Building, Epicentrum Tengah, Nomor 3, Kuningan.

Salah satu penanya meminta apabila terpilih menjadi Wakil Presiden, tidak menghilangkan beberapa program-program yang pro rakyat yang diciptakan pemerintah sebelumnya. Penanya tersebut menyebutkan salah satunya pembagian sertifikat tanah.

"Saya sepakat apa yang dijalankan (pembagian sertifikat tanah) diteruskan. Tapi nanti ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam mekanismenya sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari," timpal Sandiaga.

Mantan politisi Gerindra itu menyatakan komitmennya untuk berkampanye positif. Apa yang dilakukan harus diapresiasi. Yang bagus dilakukan pada pemerintahan sekarang pun akan diteruskan.

"Saya enggak mau jelek-jelekan supaya kita kepilih. Saya jamin kekuasaan milik Allah. Kita santai aja. Kita ikhtiar," ucap dia.

Sementara ini, yang menurutnya kurang baik dalam pemerintahan Jokowi-JK adalah minimnya lapangan kerja, dan mahal sembako.

"Sembako pada mahal semua. Begitu saya turun di Brebes. 'Pak tolong semua dibuat murah jangan mahal'," ucap Sandiaga.

Saturday, October 13, 2018

Pernyataan Andi Arief soal Prabowo malas nyapres dinilai gol bunuh diri kedua

Pernyataan Andi Arief soal Prabowo malas nyapres dinilai gol bunuh diri kedua

Capres Prabowo Subianto dinilai malas-malasan menghadapi Pilpres 2019. Pasalnya Prabowo jarang turun ke berbagai daerah dibandingkan cawapresnya, Sandiaga Salahuddin Uno. Penilaian ini dicuitkan Wakil Sekjen Partai Gerindra, Andi Arief di Twitter beberapa hari lalu.

Cuitan Andi Arief tersebut dinilai sebagai gol bunuh diri kedua bagi kubu Prabowo-Sandi setelah mencuatnya kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Demikian disampaikan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), M Guntur Romli, ditemui di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/10).

"Saya juga agak heran (dengan pernyataan itu). Bagi saya mungkin itu adalah gol bunuh diri kedua di kubunya Prabowo, setelah sebelumnya kena gol bunuh dirinya Ratna Sarumpaet. Sekarang malah di-gol-in oleh temannya sendiri, Andi Arief dengan isu Pak Prabowo dianggap tidak serius," jelasnya.

Menurut Guntur, bukan kali ini saja Andi Arief mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait capres yang didukung partainya. Sebelum Prabowo mengumumkan cawapres, Andi Arief bercuit melalui Twitter dengan menyebut Prabowo jenderal kardus karena menerima uang mahar dari Sandiaga Uno.

"Andi Arief ini kan sudah berkali-kali melakukan gol bunuh diri di gawang Pak Prabowo, dulu dengan jenderal kardus dengan dugaan uang dan sekarang soal itu (malas nyapres)," ujarnya.

Hal itu, menurutnya, menandakan koalisi Prabowo-Sandi tak solid. "Bukan hanya enggak solid tapi itu bagian dari bentuk bunuh diri. Kami sebagai bagian dari calon (capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf) prihatin saja," tutupnya.

Prabowo Sebut Flu Resiko Politik, Yakin Sanggup Bekerja Seperti Jokowi Kalau Jadi Presiden?

Prabowo Sebut Flu Resiko Politik, Yakin Sanggup Bekerja Seperti Jokowi Kalau Jadi Presiden?

Capres Prabowo Subianto saat menyampaikan sambutan dalam acara penguatan visi kebangsaan Pergerakan Indonesia Maju (PIM) di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat bercerita soal risiko yang harus dihadapinya ketika harus jadi capres dan berkampanye ke seluruh Indonesia.

"Politik ini risikonya banyak, saya kena flu. Meski risiko lainnya banyak juga,"

Menurut Prabowo, ia terkena flu karena harus banyak bersentuhan dengan rakyat. Namun ngakunya sih, Prabowo mengaku siap menghadapi risiko tersebut.

"Rakyat banyak ingin cium tangan, banyak orang tua membawa bayi. Pasti ini mintanya untuk digendong atau dicium. Ya memang politik seperti itu. Kadang-kadang saya tanya, siapa yang lebih dari 3 jam datang ke tempat ini. Ada yang pernah saya tanya, lebih dari 14 jam dari desa seberang. Dengan demikian, risiko kita. Kita harus mau, jadi risiko, kita suka kena flu"

Saya kok jadi pengen ngakak ya membaca berita tentang Prabowo dan flu sebagai resiko berpolitik ini. Apalagi sampai ngomong terkena flu karena banyak bersentuhan dengan rakyat. Maksudnya rakyat itu pembawa virus influenza begitu?

Begini, siapapun yang akan jadi Presiden di 2019 nanti itu tugasnya sama-sama berat. Diakui atau tidak, Presiden Joko Widodo saat ini membuat standar kinerja seorang Presiden jadi sangat tinggi. Yang paling jelas ya, Presiden harus bisa mempercepat pembangunan dibuktikan Jokowi bisa membangun banyak infrastruktur dengan cepat. Dulu itu kita menunggu jalan tol jadi bisa lebih dari 10 tahun. Sekarang nggak sampai 4 tahun sudah banyak ruas jalan tol dibuka. Dulu ngapain saja ya?

Standar tinggi lain adalah Pak Jokowi ini Presiden yang menurut saya paling sering keliling Indonesia. Kadang itu saya kalau mendengarkan berita kegiatan Pak Jokowi suka bingung sendiri sembari membatin, "lho bukannya kemarin masih di Sumatera Barat? Kok sekarang sudah di Bali? Lho kok sudah di Palu?". Kira-kira seperti itulah.

Pak Jokowi ini banyak turun ke masyarakat, berinteraksi langsung jadi paham apa sih yang dikeluhkan dan dibutuhkan masyarakat itu. Satu per satu daerah dia kunjungi, tak peduli wilayah itu dulu memenangkannya atau tidak. Nggak hanya di Ibukota propinsi yang Ia datangi, kota-kota kecil yang memang perlu dikunjungi dia datangi. Dan Pak Jokowi selalu disambut dengan baik dan Beliau juga sabar melayani warga masyarakat yang ingin foto, bersalaman, atau sekedar melambaikan tangan.

Pernah Pak Jokowi mengeluh bertemu banyak rakyat bikin flu? Tentu tidak!

Pak Jokowi juga Presiden yang baru kali ini saya tahu kalau waktunya Sholat Ied tak selalu di Istiqlal baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Mungkin baru ini Presiden yang menyempatkan Sholat Ied di luar Jawa. Hebat kan?

Pernah Pak Jokowi mengeluh bertemu banyak rakyat bikin flu? Tentu tidak!

Pak Jokowi juga Presiden yang paling sering datang ke Papua. Tak kasih tahu ya pembacaku, ke Papua itu penerbangannya cukup lama. Belum kalau mau ke kabupaten atau distrik tertentu, harus ganti pesawat yang lebih kecil. Ada ancaman malaria sering mengintai. Tapi Pak Jokowi tetap hajar bleh datang ke sana. Seingat saya minimal sudah tiga kali, termasuk ke Asmat. Pembangunan di Papua dikebut, Freeport dimintakan 51 persen saham untuk NKRI. Makanya saya gemas kalau masih ada saja yang ngompori penduduk Papua untuk berontak dan memerdekakan diri.

Pernah Pak Jokowi mengeluh bertemu banyak rakyat bikin flu? Tentu tidak!

Yang lain, soal penanganan saat terjadi bencana alam. Minimal kita sudah lihat di dua kondisi yakni Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah. Jokowi nggak cuma sekali datang ke sana. Bahkan di NTB dia rela tidur di tenda bersama para pengungsi lain. Di Sulteng, pulang pergi Jakarta-Palu pun dilakoni demi melihat langsung perkembangan penanganan di sana. Itu pun saat di Jakarta masih dipantau terus oleh Pak Jokowi penanganan bencana sembari tetap mengurusi urusan negara yang lain. Super sekali kan?

Pernah Pak Jokowi mengeluh kena flu? Tentu tidak!

Lha kalau belum jadi Presiden saja sudah ngeluh, Anda yakin kalau dia menang bisa kerja seperti Pak Jokowi? Jangan-jangan sedikit-sedikit excuse pilek dan takut tertular penyakit dari rakyat.

Sudahlah pilih yang pasti-pasti saja.

Friday, October 12, 2018

Wasekjen Demokrat lihat Prabowo malas-malasan hadapi Pilpres 2019

Wasekjen Demokrat Andi Arief mengkritik cara kerja Capresnya, Prabowo Subianto dalam menghadapi Pilpres 2019. Menurut dia, Prabowo tampak malas menyapa rakyat, tak seperti Cawapres Sandiaga Uno.

Wasekjen Demokrat lihat Prabowo malas-malasan hadapi Pilpres 2019

Andi ingin menyampaikan otokritik, dilihat cara berkampanyenya, dia mempertanyakan, sebetulnya yang mau jadi Presiden itu Sandiaga atau Prabowo. Dia menangkap kesan Prabowo agak kurang serius ini mau jadi Presiden.

"Pilpres itu memilih Presiden, jadi kalau Pak Prabowo tidak mau keliling Indonesia aktif, enggak ada rumus ajaib untuk menang. Kalau Pak Prabowo agak males-malesan, kan gak mungkin partai pendukungnya super aktif," kata Andi dalam Twitter-nya, yang telah mengizinkan merdeka.com mengutipnya, Jumat (12/10).

Andi memahami kritiknya ini pasti menuai banyak respon negatif oleh pimpinan koalisi Prabowo-Sandiaga. Namun dia percaya, Prabowo-Sandi tidak akan menang apabila cara kampanye Capresnya seperti itu.

Menurut dia, mumpung partai-partai pendukung Jokowi sibuk untuk lolos Parliamentary Threshold ketimbang urus Capres, harusnya Prabowo aktif keliling, menembus Indonesia mendulang suara. Hanya dengan bertemu rakyat maka pintu istana akan terbuka.

Kenapa Prabowo harus segera turun keliling, Andi melanjutkan, Pertama, lawan incumbent harus kerja keras. Kedua, bulan Desember harus mengejar 40 persen. Ketiga, berharap ekonomi memburuk saja belum menjamin kenaikan elektabilitas. Keempat, pilpres ini memilih Presiden, maka Presidennya yang aktif.

"Enam bulan adalah waktu yang terlalu pendek dalam politik. Pak Prabowo harus keluar dari sarang Kertanegara, kunjungi rakyat, sapa, peluk cium dan sampaikan apa yang akan dilakukan kalau menang di tengah ekonomi yang sulit ini. Sekian kritik saya," tulis Andi.

Sejak 23 September kampanye capres dimulai, memang terlihat Sandiaga Uno yang rajin keliling Indonesia. Mulai dari Riau, Lampung, Bandung, Cirebon, Indramayu, Yogya, Jatim, NTB, telah dikunjungi Sandi dari hari ke hari.

Sementara Prabowo, hanya sekali-sekali tertangkap kamera menyapa masyarakat. Misalnya menyapa pengrajin batik di Pekalongan. Prabowo lebih sering berada di Jakarta. Terakhir, hadir dalam Rakernas LDII di Taman Mini. Pada Jumat (12/10) malam nanti, Prabowo dijadwalkan hadiri silaturahmi kebangsaan & sambutan kepada 500 tokoh di Hotel Sahid, Jakarta.

Sunday, October 7, 2018

SMRC: Elektabilitas Jokowi naik jadi 60%, Prabowo turun jadi 28%

SMRC: Elektabilitas Jokowi naik jadi 60%, Prabowo turun jadi 28%

Hasil Survei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang elektabilitas calon presiden yang dilakukan September 2018, menyebutkan 60,2 persen warga akan memilih Jokowi apabila pemilu dilaksanakan sekarang.

"Dengan mewawancarai 1.220 responden secara random di seluruh Indonesia, survei menunjukkan 60,2 persen akan memilih Jokowi sebagai presiden, sementara yang memilih Prabowo hanya 28,7 persen," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di Kantor SMRC, Menteng, Minggu (7/10/2018).

Djayadi mengatakan, berdasar hasil survei tersebut peluang Jokowi untuk terpilih kembali pada Pilpres 2019 semakin menguat. "Jarak perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo melebar," katanya.

Dibandingkan survei Mei 2018, suara dukungan Jokowi naik 3 persen yakni dari 57 persen menjadi 60 persen, sedangkan Prabowo turun dari 33,2 persen menjadi 28,7 persen.

"Dari pengalaman tiga kali pilpres, calon yang suara dukungannya naik dan unggul terus sulit dikalahkan," ucapnya.

Meski demikian, lanjut Djayadi, hasil tersebut tak berarti kubu Jokowi bisa duduk tenang. Sebab, ada sejumlah faktor ekonomi yang dapat mengubah tren terutama isu ekonomi, hukum dan keamanan.

"Secara umum rakyat menilai kondisi ekonomi makro saat ini 73 persennya warga menyatakan puas," tandasnya.

Adapun survei dilakukan pada 7-14 September 2018 terhadap 1.220 responden dengan response rate 1.074 responden. Survei dengan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 3,05 persen. Sedangkan responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka.

Thursday, October 4, 2018

Survei LSI: Pasangan Jokowi-Ma'ruf berpotensi menang telak

Survei LSI: Pasangan Jokowi-Ma'ruf berpotensi menang telak

Pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin disebut berpotensi menang telak dalam Pilpres 2019. Ini merupakan hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 14-22 September 2018.

"Publik menilai pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin paling berpotensi menang telak," kata peneliti LSI, Rully Akbar saat rilis hasil survei di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (4/10).

Rully mengatakan dalam survei sebanyak 58,6 persen publik yang menilai Jokowi-Ma'ruf bakal menang telak dalam kontestasi politik tahun depan. Sedangkan pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno hanya mendapat 25,7 persen. Sedangkan responden yang tidak jawab, tidak tahu dan belum memutuskan sebanyak 15,7 persen.

Dalam survei itu LSI juga merilis persepsi publik tentang seberapa penting sosok presiden kuat untuk memimpin Indonesia. Responden menilai presiden kuat ialah yang mendapat dukungan masyarakat mencapai 55 persen sampai 65 persen (58,50 persen). Publik menilai Indonesia memerlukan Presiden yang kuat agar pertumbuhan ekonomi stabil, termasuk kesejahteraan rakyat (42,40 persen).

"Selain itu publik juga menilai presiden kuat diperlukan agar tidak diperalat kepentingan kelompok (20,40 persen). Agar tak terlalu banyak negosiasi yang tak perlu untuk mengambil keputusan (15,30 persen), dan agar presiden kokoh melindungi keberagaman di Indonesia (13,50 persen)," papar Rully.

Dalam pesta demokrasi 2019, sebanyak 85,60 persen publik ingin terpilih presiden yang kuat. Publik yang tidak ingin hanya 6,70 persen. LSI melakukan survei pada tangga 14-22 September. Responden yang terlibat sebanyak 1.200 orang dan survei dilakukan dengan metode multi stage random sampling. Wawancara dilakukan tatap muka dengan menggunakan kuisioner dan margin of error 2,9 persen.

Gerindra sebut Prabowo sudah biasa dikhianati, dibohongi, dan dikibuli

Gerindra sebut Prabowo sudah biasa dikhianati, dibohongi, dan dikibuli

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan Ketua Umumnya, Prabowo Subianto tidak terlalu mempermasalahkan peristiwa kebohongan aktivis Ratna Sarumpaet terkait dugaan penganiayaan. Menurut dia, Prabowo sudah biasa menghadapi situasi seperti ini.

"Pak Prabowo sih biasa aja. Pak Prabowo berkali-kali menghadapi situasi kayak gini dikhianati, dibohongi, dikibuli, biasa itu, jadi beliau itu menghadapi situasi kayak gini bukan hal yang pertama," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/10).

Pihaknya juga tidak ingin memperkeruh suasana. Menurutnya, yang terpenting adalah Ratna sudah dipecat dari kepengurusan tim pemenangan Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019.

"Ya dia kan sudah mundur dan kita sudah memberhentikan yang berangkutan kan. Administrasinya kan bagus, kita bukan penyidik, kita bukan lembaga hukum, dan kita tidak cukup punya backup kecuali diri kita sendiri," ungkapnya.

Diketahui, aktivis Ratna Sarumpaet mengakui telah membuat kebohongan soal penganiayaan oleh orang tak dikenal di Bandung. Dia meminta maaf kepada calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto yang telah menemui dan membelanya. Setelah menyadari kebohongan soal penganiayaan itu salah, Ratna menyesal.

Ratna mengungkapkan, wajah lebamnya itu bukan karena dianiaya, tetapi akibat operasi sedot lemak yang dilakukan di bagian pipi kiri. Operasi itu dilakukan di RS Bina Estetika Jakarta tanggal 21 September lalu.

"Saya memohon maaf kepada Pak Prabowo Subianto yang kemarin tulus membela kebohongan yang saya buat," kata Ratna di rumahnya, kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (3/10).